WTI pagi tadi sempat ambrol lebih dari 9%, kemudian pada pukul 11:15 WIB, harga minyak mentah WTI diperdagangkan di level US$ 15,54/barel atau -8,26%. Sementara minyak jenis Brent lebih stabil, melemah 1,82% di US$ 21,05/barel di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv.
Di awal pekan lalu, jagat finansial global dibuat heboh setelah harga minyak WTI mengakhiri perdagangan Senin (20/4/2020) di wilayah minus, pertama kali sepanjang sejarah.
Berdasarkan dara Refinitiv, minyak WTI sempat ambles hingga US$ -40,32/barel sebelum mengakhiri perdagangan di US$ -37,63/barel atau ambles 305,97% di awal pekan.
Harga minyak WTI minus merupakan untuk kontrak Mei yang expired pada Selasa (21/4/2020), dan kontrak yang paling aktif diperdagangkan adalah bulan Juni. Di akhir perdagangan Senin, minyak WTI kontrak Juni berada di level US$ 20,43/barel dan lebih tepat menggambarkan pasar minyak mentah yang sebenarnya.
Penurunan tajam harga minyak mentah tersebut tentunya merugikan bagi banyak pihak, tetapi ada cara yang bisa menghasilkan cuan, yakni transaksi di pasar berjangka (futures) atau yang dikenal dengan istilah trading.
Kegiatan trading tersebut merupakan hal yang legal di Indonesia, dan diatur dalam Undang-Undang Nomer 10 Tahun 2011 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, dan dalam pengawasan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Kementerian Perdagangan.
Trading minyak mentah di Indonesia hanya bisa dilakukan untuk jenis WTI. Dalam trading di pasar berjangka, dikenal dengan istilah two ways opportunities atau peluang dua arah.
Artinya orang yang melakukan trading (trader) dapat memperoleh keuntungan ketika harga minyak mentah sedang naik ataupun sedang turun, asal posisi yang diambil tepat.
Ketika harga minyak sedang naik maka posisi yang diambil adalah beli (long), sementara jika harga minyak sedang turun maka posisi yang diambil adalah jual (short). Ketika posisi yang diambil short, dan harga minyak mentah ambrol seperti yang terjadi pada pekan lalu, maka cuan yang didapat pun menjadi jumbo.
Tetapi yang patut diingat, trading di pasar berjangka termasuk dalam kategori high risk high return, sehingga potensi cuan sebanding dengan risiko ruginya.
Kembali lagi ke pergerakan harga minyak mentah hari ini, pandemi penyakit virus corona (Covid-19) membuat banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown), akibatnya aktivitas perekonomian menurun tajam bahkan nyaris terhenti. Saat aktivitas perekonomian menurun tajam, maka permintaan minyak mentah juga akan merosot.
Di sisi lain, produksi minyak tetap dilakukan, dan akhirnya terjadi kondisi oversupply, bahkan dikatakan fasilitas penyimpanan minyak mentah akan menjadi penuh. Saat itu terjadi, biaya penyimpanan menjadi mahal, dan harga minyak akan merosot bahkan hingga minus, yang sudah terjadi pekan lalu.
Harga minyak mentah sudah diprediksi akan minus oleh Direktur Pelaksana Muzuho Securities, Paul Sankey pada pertengahan Maret lalu. "Harga minyak bisa menjadi minus," tulis Sankey, (18/3/2020) lalu sebagaimana dilansir Fox Business.
Sankey menjelaskan, harga minus bisa terjadi saat ketika biaya penyimpanan minyak mentah menjadi mahal, sementara permintaan sangat rendah. Sehingga produsen akan memberikan minyaknya secara gratis plus diberi uang, sehingga bisa menekan biaya penyimpanan yang mahal.
"Realitas di pasar fisik, minyak mentah terus diproduksi dan itu harus dikonsumsi atau disimpan. Ketika biaya penyimpanan menjadi tinggi, atau tempat penyimpanan habis, perusahaan mungkin membayar konsumennya untuk membawa minyak mentah tersebut," kata Sankey.
Sementara itu ahli strategi pasar di Fullerton Research, Franky Nangoy, melihat minyak mentah khususnya WTI akan berada pada fase konsolidasi yang cukup lebar, setelah ambrol pada pekan lalu. Fase konsolidasi artinya harga minyak mentah akan bolak-balik naik turun dalam suatu rentang tertentu. Dalam trading di pasar berjangka kondisi tersebut biasanya juga disebut sideways.
"Pasar masih berusaha menunggu dan mengukur reaksi AS terhadap turunnya harga Minyak, karena banyak perusahaan-perusahaan minyak di AS yang terkena dampak dari kondisi turunnya permintaan saat ini" kata Franky dalam catatan yang diterima CNBC Indonesia.
"Selain itu, pasar juga masih menunggu apakah akan ada keputusan pemangkasan pasokan lebih lanjut di Arab Saudi dan Rusia serta OPEC+ untuk menetralkan harga minyak" tambahnya.
Dalam kondisi wait and see pelaku pasar tersebut, Franky melihat minyak mentah WTI akan bergerak di kisaran US$ 13,70 sampai US$ 20,85/barel dalam beberapa waktu ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Bisnis - Terbaru - Google Berita
April 27, 2020 at 12:32PM
https://ift.tt/3cTMzM0
Minyak Mentah Ambrol Lagi, Begini Caranya Agar Bisa Cuan - CNBC Indonesia
Bisnis - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Minyak Mentah Ambrol Lagi, Begini Caranya Agar Bisa Cuan - CNBC Indonesia"
Post a Comment