Search

Morgan Stanley: Minyak Jatuh & Bahaya untuk Pasar Keuangan - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah anjlok dalam dan sempat mengalami koreksi paling parah sejak tahun 1991 akibat perang harga antara Arab Saudi dengan Rusia.

Sekarang yang jadi pertanyaan adalah, dengan jatuhnya harga minyak apakah ini positif untuk perekonomian global atau justru negatif?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu ditelisik lebih dahulu penyebab anjloknya harga minyak. Harga si emas hitam memang sudah anjlok dalam sejak awal tahun. Brent telah ambles 48,1% sejak awal tahun.

Ada tiga faktor utama yang menjadi pemicu anjloknya harga minyak ini. Pertama, ekonomi global yang dibayangi dengan perlambatan. Maklum tahun lalu perang dagang yang berkecamuk antara Paman Sam dan Negeri Panda membuat prospek perekonomian jadi suram.


Kala perekonomian global tumbuh melambat, maka permintaan sumber energi primer seperti minyak juga terancam ikut melambat. Hal ini turut menekan harga komoditas yang satu ini.

Faktor penyebab yang kedua apalagi kalau bukan wabah corona. COVID-19 awalnya hanya menjangkiti Wuhan, China yang notabene negara konsumen minyak terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS), membuat prospek permintaan minyak dari China berkurang.

Namun pada akhir Januari lalu, kondisi menjadi semakin mengerikan. Wabah ini menyebar luas ke berbagai penjuru dunia. Takut jadi pandemi, maka berbagai negara memberlakukan kondisi darurat bahkan ada yang mengkarantina satu negara penuh seperti Italia.

Upaya untuk menekan penyebaran virus ganas ini membuat jumlah penumpang pesawat anjlok karena imbauan pemerintah yang melarang warganya untuk bepergian. Orang banyak yang memilih tinggal di rumah dan membatalkan perjalanannya untuk mengurangi potensi tertular.


Riset S&P Global menyebutkan potensi kerugian akibat hilangnya pendapatan industri maskapai global sebesar US$ 113 miliar pada 2020. Pembatalan penerbangan juga berdampak pada turunnya permintaan minyak, mengingat avtur sebagai bahan bakar pesawat berasal dari minyak.

Agensi Energi Internasional (IEA) memperkirakan pada 2020 permintaan minyak bisa terpangkas lebih dari 800.000 barel per hari (bpd) akibat wabah corona. Pelemahan demand ini jadi faktor penekan harga kedua.

Faktor ketiga yang menyebabkan anjloknya harga minyak adalah gagalnya OPEC+ untuk mencapai kata sepakat dalam melakukan pemangkasan produksi minyak negara-negara anggotanya.

[Gambas:Video CNBC]

Let's block ads! (Why?)



Bisnis - Terbaru - Google Berita
March 11, 2020 at 01:18PM
https://ift.tt/2TGU1mY

Morgan Stanley: Minyak Jatuh & Bahaya untuk Pasar Keuangan - CNBC Indonesia
Bisnis - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Morgan Stanley: Minyak Jatuh & Bahaya untuk Pasar Keuangan - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.