Search

Cek Fakta, Seberapa Lama Serangan Virus 'Rusak' Pasar Saham? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Di sepanjang tahun 2020, perdagangan di bursa saham dunia diwarnai oleh meluasnya infeksi virus Corona.

Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.

Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain sejak bulan Januari. Dilansir dari halaman resmi Center for Disease Control and Prevention (CDC), hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.


China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.

Melansir publikasi dari Johns Hopkins CSSE, hingga kini sebanyak 563 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 28.000. Kini, korban meninggal akibat virus Corona juga ditemui di luar China, tepatnya di Filipina dan Hong Kong.


Jika dihitung sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan kemarin, Rabu (5/2/2020), bursa saham dunia jelas tertekan. Indeks Shanghai misalnya, ambruk hingga 7,61%, sementara indeks Hang Seng jatuh 4,98%. Beralih ke dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selaku indeks saham acuan di Indonesia terkontraksi 5,1%.

Namun, ada satu fenomena yang perlu dicermati oleh pelaku pasar saham global, yakni anomali pada pergerakan bursa saham AS. Di sepanjang tahun 2020, indeks S&P yang merupakan salah satu indeks saham acuan di AS justru menguat hingga 3,22%.

Untuk diketahui, jika dibandingkan dengan dua indeks saham acuan lainnya di AS yakni Dow Jones dan Nasdaq Composite, indeks S&P 500 merupakan yang paling baik dalam merepresentasikan kinerja bursa saham AS.

Pelaku pasar saham AS seakan mengabaikan terus meluasnya infeksi virus Corona. Padahal, AS sendiri termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona di wilayahnya.

Menjelang akhir pekan kemarin, AS mendeklarasikan kondisi darurat nasional di bidang kesehatan sebagai respons dari terus meluasnya infeksi virus Corona.

Merespons deklarasi darurat nasional oleh pemerintahan Presiden Trump, maskapai-maskapai besar di AS yakni Delta, American, dan United menghentikan seluruh penerbangan yang menghubungkan AS dan China.

Memang, ada sentimen positif dari dalam negeri yang membuat pelaku pasar saham AS gencar melakukan aksi beli di sepanjang tahun ini. Pertama, rilis data ekonomi yang menggembirakan seperti yang didapati dalam beberapa waktu terakhir.


Pada awal pekan ini, Manufacturing PMI AS periode Januari 2020 versi Institute for Supply Management (ISM) diumumkan di level 50,9, di atas konsensus yang sebesar 48,5, seperti dilansir dari Forex Factory.

Sebagai informasi, angka di atas 50 berarti aktivitas manufaktur membukukan ekspansi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.

Ekspansi aktivitas manufaktur AS pada bulan lalu menandai ekspansi pertama dalam enam bulan.

Kemudian kemarin, penciptaan lapangan kerja periode Januari 2020 (di luar sektor pertanian) versi Automatic Data Processing (ADP) diumumkan sebanyak 291.000, di atas konsensus yang dihimpun oleh Dow Jones sebanyak 150.000. Penciptaan lapangan kerja tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan capaian bulan Desember yang hanya sebanyak 199.000.

Melansir CNBC International, penciptaan lapangan kerja yang sebanyak 291.000 pada bulan lalu merupakan capaian terbaik sejak Mei 2015.

Lebih lanjut, Services PMI periode Januari 2020 versi ISM diumumkan di level 55,5, di atas konsensus yang sebesar 55,1, seperti dilansir dari Forex Factory.

Selain rilis data ekonomi yang menggembirakan, sentimen positif bagi bursa saham AS juga datang dari upaya pemakzulan Presiden AS Donald Trump oleh Partai Demokrat yang berakhir gagal total.

Seperti yang diketahui, pada pertengahan Desember 2019 DPR AS resmi memutuskan untuk memakzulkan Trump. Kala itu, mayoritas anggota DPR AS memberikan persetujuan untuk mencopot Trump dari posisinya sebagai orang nomor satu di AS.

Ada dua alasan yang membuat anggota DPR AS memutuskan untuk melengserkan Trump. Pertama, Trump didakwa telah menyalahgunakan kekuasaannya ketika menahan bantuan pendanaan bagi Ukraina guna mendorong Ukraina meluncurkan investigasi terhadap lawan politiknya, Joe Biden.


Kedua, Trump juga didakwa karena dianggap menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya. Hal ini dilakukan oleh Trump dengan melarang para pembantunya di Gedung Putih untuk memberikan kesaksian di sidang penyelidikan Trump.
Namun, kini upaya dari Partai Demokrat terbukti gagal total. Kemarin waktu setempat, Senat AS resmi melakukan pemungutan suara atas dua pasal yang didakwakan oleh DPR AS kepada Trump.

Hasilnya, Trump dinyatakan tak bersalah atas kedua pasal tersebut. Melansir CNBC International, sebanyak 52 dari 100 senator menyatakan Trump tak bersalah atas dakwaan penyalahgunaan kekuasaan. Sementara untuk dakwaan menghalangi Kongres dalam melakukan penyelidikan terhadap dirinya, sebanyak 53 senator menyatakan Trump tak bersalah.

Praktis, Trump tetap menempati posisi sebagai orang nomor satu di AS, negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia.

Dengan kemenangan Trump dalam upaya pemakzulan yang dilakukan oleh Partai Demokrat, praktis ketidakpastian yang dihadapi oleh pelaku pasar saham dunia menjadi berkurang.

Ada harapan bahwa kebijakan-kebijakan pro-pertumbuhan ekonomi yang sering dieksekusi oleh Trump akan terus bisa disalurkan, yang pada akhirnya akan menjaga laju perekonomian global di level yang relatif tinggi.

[Gambas:Video CNBC]

Sebagai informasi, pada tahun 2017 atau tahun pertama Presiden Trump, perekonomian AS tumbuh sebesar 2,4%, diikuti pertumbuhan sebesar 2,9% pada tahun 2018. Pada tahun 2019, perekonomian AS tumbuh sebesar 2,3%.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 yang nyaris mencapai 3% merupakan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam setidaknya 10 tahun

Let's block ads! (Why?)



Bisnis - Terbaru - Google Berita
February 06, 2020 at 05:59PM
https://ift.tt/2OuXQbW

Cek Fakta, Seberapa Lama Serangan Virus 'Rusak' Pasar Saham? - CNBC Indonesia
Bisnis - Terbaru - Google Berita
https://ift.tt/34Gk0OK
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Cek Fakta, Seberapa Lama Serangan Virus 'Rusak' Pasar Saham? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.